Pengertian Press Release
Press Release atau siaran pers menurut Soemirat dan Ardianto (2004) adalah
informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh Public Relations(PR)
suatu organisasi/ perusahaan yang disampaikan kepada pengelola pers/ redaksi
media massa (tv, radio, media cetak, media online) untuk dipublikasikan dalam
media massa tersebut.
Meskipun semua press release yang dibuat PR memiliki
format yang sama, sebenarnya memiliki perbedaan penekanan pada informasinya
yaitu:
·
Basic Press Release mencakup berbagai
informasi yang terdapat di dalam suatu organisasi/ perusahaan yang memiliki
berbagai nilai berita untuk media lokal, regional atau pun nasional;
·
Product Release mencakup transaksi
tentang target suatu produk khusus atau produk reguler lainnya untuk suatu
publikasi perdagangan di dalam suatu industri;
·
Financial Release digunakan terutama
dalam membina hubungan dengan pemegang saham.
Penulisan press release layak muat apabila cara menulisnya
seperti halnya wartawan menulis berita langsung (straight news) dengan
gaya piramida terbalik (inverted pyramid). Dimulai dengan membuatlead/
teras berita/ kepala berita sebagai paragraf pertama yang mengandung unsur 5W +
1H (What: apa yang terjadi? Where: dimana
terjadinya? When: kapan peristiwa tersebut terjad? Who: siapa
yang terlibat dalam peristiwa tersebut? Why: mengapa peristiwa
tersebut terjadi? How: bagaimana berlangsungnya peristiwa
tersebut?).
Penulisan dengan gaya piramida terbalik ini digunakan
dengan alasan: Pertama, pembaca dikategorikan sebagai orang sibuk
dan mempunyai waktu yang singkat untuk mendapatkan berita-berita yang faktual. Kedua,
redaksi media massa harus memotong Press Release tersebut
tanpa mengurangi isi pokoknya. Ketiga, redaksi tidak mempunyai
cukup waktu untuk membaca keseluruhan Press Release. Sebelum
redaksi memutuskan dibuang atau dipakai release tersebut,
mereka harus tahu dengan cepat apa keseluruhan isi release itu
(Cole dalam Soemirat dan Ardianto, 2004).
Setelah menulis lead sebagai paragraf pertama, kembangkan lead itu
dalam paragraf kedua untuk menjelaskan atau mendukung paragraf pertama yang
perlu dijelaskan atau mendukung paragraf pertama yang perlu dijelaskan.
Kemudian masuk kepada tubuh berita. Penulisan dengan gaya piramida terbalik ini
berarti menulis berita dari mulai yang sangat penting (lead) sampai
kepada semakin tidak penting. Sedangkan judul diambil dari lead (berita
yang sangat penting tadi)..
Austin (1996) menyarankan agar PR membaca surat kabar––lokal dan
nasional––dan mempelajari gaya bahasa yang mereka gunakan. Tulislah siaran pers
dengan gaya surat kabar yang akan dikirimi tulisan tersebut. Siaran pers yang
ditulis harus meniru gaya artikel dalam surat kabar itu. Sebagai contoh bila
mereka selalu mencetak nama lengkap gunakan nama lengkap dan bukannya
singkatan.
Untuk menarik perhatian pembaca, Austin menjelaskan beberapa aturan dasar
yang biasa digunakan wartawan untuk menarik perhatian pembaca. Aturan tersebut
juga berlaku ketika menulis siaran pers, yaitu:
·
Memilih judul yang positif (aktif) dan bukannya pasif.
·
Paragraf pertama (lead) harus tajam dan ringkas; antara 12 sampai 20
kata merupakan ukuran yang ideal.
·
Usahakan supaya kalimat dan paragraf pendek-pendek.
·
Hindari kata yang berlebihan seperti “ini” dan “itu”, serta kata keterangan
dan kata sifat yang tidak perlu. Anda tidak perlu mengatakan bahwa sesuatu
“hebat” atau “fantastis”. Kalau itu sehebat yang anda nyatakan, maka akan jelas
dengan sendirinya dari teks yang anda tulis.
·
Hindari kata-kata panjang karena kolom surat kabar sempit.
·
Hindari istilah khusus dan penggunaan singkatan.
·
Jawab enam pertanyaan ––siapa, mengapa, apa, bilamana, di mana dan
bagaimana. Kalau anda tidak menjawab keenam pertanyaan ini maka siaran pers
anda tidak berisi semua informasi yang diperlukan wartawan.
·
Jangan menulis awal, bagian tengah dan akhir. Masukkan semua butir yang
penting pada awal siaran pers. Kalau artikelnya terlalu panjang mereka akan
memotongnya dari bawah dan jika Anda meletakkan butir-butir yang paling penting
pada akhir berita, maka bagian itu tidak akan termuat.
·
Tulislah berita dan bukan pandangan (harus berdasarkan fakta).
·
Selalu periksa kembali ejaan nama orang.
·
Ketiklah siaran pers hanya pada satu sisi kertas saja dengan spasi rangkap.
Berikan margin yang cukup pada semua sisi halaman.
·
Selalu beri tanggal pada siaran pers.
·
Selalu cantumkan nama kontak dan nomor telepon di siang hari pada bagian
bawah siaran.
·
Buatlah siaran pers sesingkat mungkin.
Berkaitan dengan press release Jefkins (2003)
mengungkapkan hal-hal terpenting perihal pers yang harus diketahui oleh seorang
praktisi PR:
·
Kebijakan editorial. Hal ini mengungkapkan pandangan dasar
dari suatu media yang dengan sendirinya akan melandasi pemilihan subjek-subjek
yang akan dicetak atau yang akan diterbitkannya. Selain itu aturan keredaksian
dan aturan kewartawanan juga perlu diketahui PR dalam menulis dan mengirimkan press
release.
·
Frekuensi penerbitan. Setiap terbitan punya frekuensi
penerbitan yang berbeda-beda, bisa harian, mingguan, bulanan, atau bahkan
tahunan. Hal itu perlu diketahui oleh para praktisi PR, sehingga dapat
menyesuaikan diri dalam pembuatan press release.
·
Tanggal/tenggat terbit. Kapan tanggal dan
saat terakhir sebuah naskah harus diserahkan ke redaksi untuk penerbitan yang
akan datang? Hal ini ditentukan oleh frekuensi dan proses percetakannya. Hal
ini penting diketahui praktisi humas karena kerap kali siaran pers yang
dikirimkan tidak bisa termuat karena terganjal oleh tenggat terbit.
·
Proses percetakan. Hal ini wajib diketahui oleh praktisi
humas sehingga pemuatan press releasebisa sesuai dengan yang
hiharapkan.
·
Daerah sirkulasi. Apakah jangkauan
sirkulasi dari suatu media itu berskala lokal, pedesaan, perkotaan, nasional
atau internasional. Hal ini dinilai sangat penting agar pesan yang disampaikan
efektif dan efisien.
·
Jangkauan pembaca. Berapa dan siapa saja
yang membaca jurnal atau media yang bersangkutan? Seorang praktisi PR juga
dituntut untuk mengetahui kelompok usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
sosial, minat khusus, kebangsaan, etnik, agama, hingga ke orientasi politik
dari suatu khalayak pembaca media.
·
Metode distribusi. Praktisi PR juga perlu
mengetahui metode-metode distribusi suatu media, apakah eceran atau langganan.
Kemudian ihwal tiras juga patut diketahui dalam upaya efektivitas dan efisiensi
komunikasi yang dijalankan.
Abdullah (2000) mengatakan bahwa yang dinomorsatukan oleh wartawan atau
redaktur dalam menilai sebuah peristiwa yang akan menjadi berita adalah nilai
jurnalistiknya. Hal serupa diberlakukan pula kepada rilis yang masuk yang
dikirimkan oleh lembaga humas, atau materi sebuah jumpa pers, juga kegiatan
khusus (special event) hingga hasil wawancara dengan narasumber.
Meskipun nilai jurnalistik masing-masing media relatif berbeda, para praktisi
media massa di seluruh dunia memiliki patokan unsur-unsur yang memiliki nilai
jurnalistik, yaitu: aktualitas, kedekatan (proximity), penting,
keluarbiasaan, ketegangan, konflik atau pertentangan, seks, kemajuan, emosi,
dan humor. Kemudian ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengiriman press release:
·
Kirimkan secepat mungkin. Artinya, jika kegiatan berlangsung hari itu,
kirimkan hari itu juga. Jangan menunda hingga esok harinya, kecuali jika
pelaksanaannya adalah malam hari.
·
Jika pengirim siaran pers sudah mengenal nama wartawan sesuai bidangnya,
tujukanlah pada wartawan tadi.
·
Pengiriman bisa pula melalui faksimili (atau e-mail).
·
Jika melampirkan foto atau cetakan berwarna atau contoh produk, lebih baik
melalui kurir.
·
Konfirmasikan kembali melalui telepon, apakah siaran pers tadi sudah
diterima atau belum.
Adakalanya siaran pers ini melengkapi acara jumpa pers atau konferensi pers
sehingga para kuli tinta tidak salah mengutip pernyataan atau data yang ada.
Karena itulah menurut Abdullah (2000) ada hal-hal penting yang perlu
diperhatikan dalam penyelenggaraan konferensi pers atau jumpa pers:
·
Jangan mengundang wartawan secara mendadak karena biasanya wartawan sudah
memiliki jadwal kerja yang padat.
·
Hargailah waktu wartawan, jangan menunda waktu yang telah dijadwalkan.
·
Jangan mengundurkan waktu hanya karena ada wartawan yang belum datang.
·
Wartawan paling menyukai acara jumpa pers pagi hari.
·
Hindari jumpa pers pada hari libur.
·
Hindari jumpa pers yang jaraknya sangat jauh.
·
Jika ingin suasana santai, jumpa pers bisa pula di rumah makan atau tempat
rileks lainnya.
·
Hadirkanlah orang yang mempunyai kredibilitas sehingga menambah bobot acara
jumpa pers.
·
Jangan “mengusir” wartawan yang datang tidak diundang sejauh ia betul-betul
membutuhkan informasi untuk berita.
·
Sediakan bahan-bahan atau data tertulis sebagai pelengkap tulisan/ berita
yang akan ditulis wartawan. Apakah itu proposal, brosur, rilis dan lain-lain.
·
Masukkan bahan-bahan tadi dalam map atau amplop.
·
Jika akan memberi cinderamata atau uang transportasi, masukkanlah ke dalam
amplop besar atau map tadi.
·
Hindari jumpa pers satu arah. Berilah kesempatan wartawan untuk bertanya.
·
Jangan heran apabila dalam kesempatan itu wartawan akan bertanya pula
tentang materi lain di luar materi yang dijumpaperskan.
·
Hindari jawaban “No Comment” dalam diskusi, sebab jawaban ini
mengesankan pembenaran dari pernyataan wartawan.
·
Khusus dalam Press Briefing karena dilakukan secara
reguler dalam kegiatan besar, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.
Susunlah jadwal yang pasti, siapa yang tampil sebagai narasumber dan
siapkan data yang akurat.
2.
Konfirmasikan dahulu, apakah narasumber yang akan ditambilkan itu bersedia
muncul dalam pertemuan dengan wartawan.
3.
Siapkan bahan-bahan tertulis dalam press room yang
disediakan.
4.
Buatlah jurnal harian yang akurat dan lengkap.
5.
Sediakan press room yang memadai yang dilengkapi dengan
berbagai sarana komunikasi dan pengetikan
PR Online
PR Online atau biasa disebut E-PR muncul ketika
internet memainkan peranan penting dalam perkembangan ICT (Information and
Communication Technologies). Sehingga kalangan bisnis memandang internet
bisa menjadi media komunikasi strategis untuk menjalankan fungsi PR dalam
organisasi. E-PR kemudian menjadi tantangan baru bagi strategi PR yang selama
ini dilakukan secara offline.
Istilah E-PR merupakan bentuk penerapan perangkat ICT untuk kegiatan PR.
Seperti menyebarkanpress release, membangun komunikasi dengan stakeholders,
mempublikasikan kegiatan perusahaan dan sebagainya. Saat ini parktisi PR mau
tidak mau harus memanfaatkan ICT untuk menjalankan komunikasi yang efektif dan
efisien. Mengirimkan press release kini tidak lagi melalui pos
atau fax, tapi cukup melalui email. Sejumlah korporat yang memiliki website dan
dikelola dengan baik, juga mempublikasikan press release di website-nya,
sehingga media tinggal men-download. Misalnya dihttp://www.bi.go.id, http://www.pertamina.com, http://www.depdag.com,
dan lain-lain.
Saat ini praktisi PR dituntut bisa memposisikan diri dalam E-PR. Sehingga
sumber daya manusia yang dibutuhkan korporat adalah orang yang handal
berselancar di dunia maya dan tahu ke mana saja mereka harus berselancar untuk
membangun corporate image. Seperti dikatakan pakar bisnis dan ICT
BJ Onggo, seorang praktisi E-PR harus mampu mengembangkan content untuk
format distribusi apa saja (media cetak, radio, TV, situs web, e-mail, iTV,
PDA, WAP, Usenet dan sejenisnya) agar dapat dengan tepat menjangkau berbagai
macam audiens.
Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh organisasi bila menerapkan
E-PR:
·
Real time. Aktivitas komunikasi bisa dilakukan
dengan cepat
·
Komunikasi konstan. Karena E-PR menggunakan internet
maka internet ibarat sekretaris yang tidak pernah tidur selama 24 jam dengan
potensi target publik seluruh dunia.
·
Interaktif. Penggunaan E-PR memungkinkan terjadinya
komunikasi dua arah, karena publik bisa memberikan feedback secara
langsung dan cepat.
·
No boundaries. Tidak ada batasan komunikasi dalam
E-PR, sehingga bisa terhubung ke mana saja selama ada jaringan internet.
·
Multi media. E-PR dapat menyajikan informasi
kepada publik dengan menggabungkan berbagai media seperti tulisan (script),
gambar (grafis), dan suara (audio), bahkan audio-visual (film, video) dalam
satu kesatuan.
·
Ekonomis. Komunikasi menggunakan internet untuk
menjangkau publik yang luas lebih murah daripada media konvensional.
Beberapa perangkat yang sering digunakan dalam E-PR:
·
Email. Biasanya untuk mengirimkan surat-surat
elektronik, press release, dan informasi lainnya.
·
Milis atau mailing list. Berisi kumpulan
alamat email yang saling terhubung untuk membentuk komunitas tertentu. Misalnya
antara organisasi dengan publik.
·
Website. Untuk mempublikasikan berbagai informasi
tentang organisasi kepada publik, baik itu profil, berita, press
release, dan informasi penting lainnya.
·
Jejaring Sosial. Membangun hubungan dengan audiens
bisa menggunakan situs jejaring sosial seperti friendster, facebook,
dan lain-lain.
·
E-Bussiness Card. Kartu bisnis elektronik bisa
dikirimkan ke banyak audiens.
Referensi
Abdullah, Aceng. 2000. Press Relations. Kiat Berhubungan dengan
Media Massa. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Austin, Claire. 1996. Public Relations yang Sukses dalam Sepekan.
Megapoin, Jakarta.
Jefkins, Frank. 2003. Public Relations. Edisi Kelima. Direvisi
Oleh Daniel Yadin. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mappatoto, Andi B. 1993. Siaran Pers. Suatu Kiat Penulisan. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. 2004. Dasar-dasar Public
Relations. Cetakan Ketiga. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Beberapa sumber lainnya yang relevan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar